OPTIMISME biasanya dilihat sebagai kualitas yang mengagumkan, salah satu sifat positif yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Namun menurut penelitian terbaru, optimisme malah bisa merusak pernikahan Anda.
Memiliki pandangan positif tentang kehidupan sering dipuji sebagai upaya mengembangkan usaha positif dalam hubungan. Tapi sebaliknya, hal itu dapat mengacaukan pernikahan Anda.
Penelitian terbaru menemukan bahwa optimisme bisa menjadi kekurangan atau ketidakbebasan karena mengharapkan yang terbaik dalam hidup dapat mencegah Anda mengambil langkah-langkah proaktif ketika dihadapkan dengan kesulitan hidup.
Menurut Lisa A. Neff dan Andrew L. Geers dalam Journal of Personality and Social Psychology, pengantin baru harus lebih memperhatikan apabila harapan optimistis mereka dikonseptualisasikan.
Mereka mengatakan bahwa orang-orang yang umumnya optimistis dalam hidup tidak akan mengalami masalah, tetapi orang-orang yang sangat optimistis (tentang hubungan mereka pada khususnya) dapat mengatasi masalah dengan cara yang salah.
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang nilai optimisme disposisional umumnya lebih tinggi dilaporkan memecahkan masalah dengan sikap yang lebih positif ketika menghadapi konflik hubungan.
Mereka lebih konstruktif dalam memecahkan masalah dan mengalami lebih sedikit penurunan dalam kesejahteraan pernikahan selama tahun pertama pernikahan mereka.
Namun, orang yang memfokuskan optimisme mereka hanya pada hubungan mereka tidak begitu baik memecahkan masalah secara konstruktif ketika mengalami konflik dengan pasangan. Mereka juga mengalami penurunan tajam dalam kesejahteraan pernikahan dari waktu ke waktu.
Para peneliti pun menyimpulkan bahwa optimisme dalam hubungan benar-benar dapat membuat pasangan berisiko merusak perkawinan mereka
Penelitian terbaru menemukan bahwa optimisme bisa menjadi kekurangan atau ketidakbebasan karena mengharapkan yang terbaik dalam hidup dapat mencegah Anda mengambil langkah-langkah proaktif ketika dihadapkan dengan kesulitan hidup.
Menurut Lisa A. Neff dan Andrew L. Geers dalam Journal of Personality and Social Psychology, pengantin baru harus lebih memperhatikan apabila harapan optimistis mereka dikonseptualisasikan.
Mereka mengatakan bahwa orang-orang yang umumnya optimistis dalam hidup tidak akan mengalami masalah, tetapi orang-orang yang sangat optimistis (tentang hubungan mereka pada khususnya) dapat mengatasi masalah dengan cara yang salah.
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang nilai optimisme disposisional umumnya lebih tinggi dilaporkan memecahkan masalah dengan sikap yang lebih positif ketika menghadapi konflik hubungan.
Mereka lebih konstruktif dalam memecahkan masalah dan mengalami lebih sedikit penurunan dalam kesejahteraan pernikahan selama tahun pertama pernikahan mereka.
Namun, orang yang memfokuskan optimisme mereka hanya pada hubungan mereka tidak begitu baik memecahkan masalah secara konstruktif ketika mengalami konflik dengan pasangan. Mereka juga mengalami penurunan tajam dalam kesejahteraan pernikahan dari waktu ke waktu.
Para peneliti pun menyimpulkan bahwa optimisme dalam hubungan benar-benar dapat membuat pasangan berisiko merusak perkawinan mereka
0 Comment for "Inilah Tanda Pengantin Baru Tak Bahagia dalam Pernikahan"