Menyaksikan Acara Pernikahan Dengan Adat Bali


Acara kebudayaan memang menjadi salah satu acara yang memiliki nilai sangat tinggi. Bagi wisatawan asing, acara kebudayaan menjadi salah satu tontonan yang sangat menarik dan menjadi pengalaman yang sangat berarti. seperti acara kebudayaan yang satu ini, acara pernikahan dengan adat Bali ini. Puri Ubud melangsungkan dua acara pernikahan anggota kerajaan, yaitu antara Tjokorda Gde Agung Ichiro Sukawati (Puri Saren Agung Ubud) dan Cokorda Istri Julyana Dewi (Puri Anyar Ubud), kemudian satu pasangan lagi adalah Tjokorda Gde Dharma Putra Sukawati (Puri Saren Agung Ubud) dan Gusti Ayu Mahadewi (Puri Kedisan,Tegallalang).

Tjokorda Gde Putra Sukawati, ayah dari Cok Gung Ichiro, sendiri merupakan penglingsir Puri Agung Ubud. Tjokorda Gde Putra Sukawati dan Tjokorda Gde Oka A.A. Sukawati adalah kakak-beradik, mereka adalah putra sulung dan putra kedua dari Tjokorda Gde Agung Sukawati. Pernikahan yang kental dengan ritual adat tersebut dilangsungkan pada Jumat, 18 April 2014. Ketua Panitia Pelaksana Pernikahan, Drs Tjok Gede Raka MM mengutarakan bahwa untuk acara prosesi pesta adat sendiri terbuka bagi masyarakat dan wisatawan. Akan tetapi, pengujung ditentukan aturan dan etika selayaknya upacara sakral Hindu Bali lainnya.

Menjelang pelaksanaan acara pernikahan, Puri Ubud sendiri dibantu secara gotong-royong oleh warga dari enam banjar, di antaranya Banjar Ubud Kelod, Ubud Tengah, Ubud Sambahan, Ubud Dalem, Taman Kelod, dan Banjar Sakti Bentuyung. Masing-masing banjar mendapat tugas di tempat berbeda. Sambahan membuat tetaring di Jaba Tengah, Bentuyung di Nataran Puri, Ubud Kelod di Semangen, Ubud Kaja di Gedong Dangin. Puri Agung Ubud juga mendatangkan undagi dari Banjar Silungan untuk memperbaiki atap puri yang terbuat dari jerami.

Warga dari enam banjar tersebut bekerja secara sukarela sebagai bentuk kewajiban adat (ngayah). Bagi warga apabila tidak hadir membantu maka itu berdosa. Ngayah dianggap warga enam banjar di Ubud sebagai bentuk balas jasa keluarga puri yang telah membantu merenovasi dan mempercantik pura warga.

Selain kegiatan persiapan, menjelang acara pernikahan digelar pula upacara meracu. Kegiatan tersebut untuk menyucikan segala jenis upacara yang sudah disiapkan satu minggu terakhir. Prosesi mecaru dipimpin Ida Peranda Gria Padangtegal dimana dalam ritualnya diisi tarian topeng pajegan yang diiringi gamelan angklung. Dari rangkaian tarian ini juga ada tari dedalem, tari topeng tua, bebondresan, tari peranda, dan topeng sidakarya. Tarian topeng Sidakarya merupakan tarian terpenting dimana penentu dari upakara. Sebelum tarian ini ditarikan maka upacara yadnya belum bisa dikatakan selesai. Selain topeng pajegan ada pula wayang wali yang merupakan prosesi adat wayang sakral.

Menjelang prosesi pernikahan, keturunan Raja Puri Agung Ubud, Tjokorda Gede Agung Ichiro sukawati memjemput calon istri, Tjok Istri Julyana Dewi. Dalam perjalanan dari puri ubud, Tjok Ichiro ditandu oleh warga Banjar Ubud Tengah. Barisan tandu anak tertua di Puri Agung Ubud itu berada di rentetan terakhir. Barisan terdepan adalah kuda yang ditunggangi oleh dua orang berpakaian patin.Mengikutinya adalah patih membawa asepan, kesenian gong suling, pasukan banderang, pasukan tombak, sekaa baleganjur, warga membawa sarana upakara, dan terakhir adalah tandu pengantin laki-laki.
Labels: Berita, Budaya

Thanks for reading Menyaksikan Acara Pernikahan Dengan Adat Bali. Please share...!

0 Comment for "Menyaksikan Acara Pernikahan Dengan Adat Bali"

Back To Top