Tak selamanya pasangan menikah selalu merasa bahagia karena ada kalanya rasa jenuh pasti datang. Untuk itu biasanya setiap pasangan punya caranya sendiri-sendiri demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Tapi tim peneliti dari AS mengklaim menemukan cara lain yang bisa dipakai untuk mencapai hal itu yaitu pasangan menyempatkan waktu untuk menulis esai satu kali dalam sebulan.
Apa gunanya? Peneliti menemukan bahwa pasangan yang bersedia meluangkan waktu selama tujuh menit setiap bulannya untuk menulis esai pendek tentang pertengkaran yang terjadi di antara mereka dilaporkan tak begitu merasakan ketidakbahagiaan dibanding pasangan yang tidak melakukannya.
Pendekatannya pun sederhana, dalam esai tersebut setiap pasangan diminta untuk mempertimbangkan kembali hal-hal apa saja yang mereka pertengkarkan belakangan dari perspektif yang netral atau tidak memihak ego salah satu pasangan.
"Menghabiskan waktu hanya 21 menit dalam setahun untuk menelaah kembali konflik yang pernah terjadi dengan pasangan tampaknya akan memberikan timbal-balik yang spektakuler bagi hubungan," kata peneliti dari Northwestern University, Chicago.
Namun peneliti menekankan bahwa tugas menulis ini tidak serta-merta membuat hubungan pernikahan membaik, hanya saja metode ini dirasa dapat membantu memperlambat penurunan kebahagiaan yang banyak terjadi pada sebagian besar pernikahan dari waktu ke waktu.
"Cara ini tidak membuat pasangan yang menikah tidak bertengkar lagi atau jarang bertengkar. Tapi efek dari cara ini adalah membuat pasangan tidak merasakan kemarahan atau kekecewaan yang begitu besar akibat pertengkaran yang mereka alami. Ini adalah intervensi minimalis yang sangat mudah dilakukan," tandas ketua tim peneliti, Eli Finkel seperti dikutip dari today.com, Kamis (7/2/2013).
Temuan ini diperoleh peneliti setelah meminta 120 pasangan yang bersedia menjadi sukarelawan untuk menghadiri workshop serta mengisi kuesioner secara rutin. Kuesioner tersebut menanyakan tentang rasa cinta, keintiman dan kepercayaan yang dimiliki pasangan, termasuk gambaran sejumlah pertengkaran yang mereka alami belakangan ini.
Seluruh partisipan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science ini tercatat ada yang baru menikah selama beberapa bulan dan ada juga yang telah menikah selama 52 tahun, namun rata-rata partisipan telah terikat selama 10 tahun.
Hasilnya, diketahui bahwa dalam kurun setahun, hampir setiap partisipan memperlihatkan penurunan kebahagiaan. Kemudian memasuki tahun kedua, separuh pasangan dipilih secara acak untuk menjawab tiga pertanyaan tambahan yang dikirim secara online.
Finkel memperkirakan tugas ini dapat dijawab dalam waktu tujuh menit dan pasangan yang diberi tugas menjawab pertanyaan ini diminta melakukannya setiap empat bulan sekali atau tiga kali dalam setahun.
Ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Ingatkah Anda pada pertengkaran terakhir yang Anda miliki bersama pasangan? Setelah itu coba lihat hal ini dari perspektif pihak ketiga yang netral dan menginginkan yang terbaik bagi Anda berdua. Menurut Anda, apa yang akan dipikirkan orang ini terhadap ketidaksepakatan Anda berdua? Bagaimana pihak ketiga ini bisa menemukan solusi dari masalah yang Anda hadapi bersama pasangan?
2. Sejumlah orang menganggap bahwa perspektif orang ketiga dianggap bermanfaat saat berinteraksi dengan pasangan. Meski begitu, hampir semua pasangan merasa menemukan tantangan ketika setiap kali mencoba mengambil perspektif orang ketiga ini. Lalu dalam hubungan Anda dengan pasangan, hambatan apa yang dihadapi ketika mencoba mengambil perspektif orang ketiga ini, terutama saat mengalami cekcok dengan pasangan?
3. Namun meski dihadapkan pada sejumlah hambatan, nyatanya ada juga pasangan yang sukses melakukannya. Untuk itu dalam empat bulan ke depan, cobalah untuk memanfaatkan perspektif orang ketiga ini ketika berinteraksi dengan pasangan, terutama saat cekcok. Lalu perhatikan apakah dalam empat bulan ke depan, Anda dan pasangan berhasil memanfaatkan perspektif orang ketiga ini? Bagaimana perspektif ini dapat membantu Anda mengatasi berbagai pertengkaran dalam hubungan Anda?
Hasilnya, secara keseluruhan di akhir tahun kedua, separuh pasangan dilaporkan merasakan ketidakpuasan yang lebih besar terhadap hubungan pernikahannya daripada sebelum-sebelumnya. "Tapi pasangan yang diminta menjawab tiga pertanyaan tambahan tidak menunjukkan penurunan kepuasan yang sama," tandas Finkel.
Namun Finkel mengungkap pasangan yang menjawab ketiga pertanyaan tambahan juga terlihat tidak lebih bahagia dari sebelumnya. Dengan kata lain, kendati intervensi ini dapat mempertahankan kualitas pernikahan tapi kualitasnya sendiri tak mengalami peningkatan.
"Kepuasan terhadap hubungan pernikahan memang cenderung menurun dari waktu ke waktu dan jika kita tak melakukan apa-apa, hal itu akan terus terjadi dalam pernikahan. Tapi jika Anda berkenan meluangkan waktu tujuh menit saja setiap empat bulan sekali, mungkin munculnya ketidakpuasan itu dapat dicegah," tutupnya.
Apa gunanya? Peneliti menemukan bahwa pasangan yang bersedia meluangkan waktu selama tujuh menit setiap bulannya untuk menulis esai pendek tentang pertengkaran yang terjadi di antara mereka dilaporkan tak begitu merasakan ketidakbahagiaan dibanding pasangan yang tidak melakukannya.
Pendekatannya pun sederhana, dalam esai tersebut setiap pasangan diminta untuk mempertimbangkan kembali hal-hal apa saja yang mereka pertengkarkan belakangan dari perspektif yang netral atau tidak memihak ego salah satu pasangan.
"Menghabiskan waktu hanya 21 menit dalam setahun untuk menelaah kembali konflik yang pernah terjadi dengan pasangan tampaknya akan memberikan timbal-balik yang spektakuler bagi hubungan," kata peneliti dari Northwestern University, Chicago.
Namun peneliti menekankan bahwa tugas menulis ini tidak serta-merta membuat hubungan pernikahan membaik, hanya saja metode ini dirasa dapat membantu memperlambat penurunan kebahagiaan yang banyak terjadi pada sebagian besar pernikahan dari waktu ke waktu.
"Cara ini tidak membuat pasangan yang menikah tidak bertengkar lagi atau jarang bertengkar. Tapi efek dari cara ini adalah membuat pasangan tidak merasakan kemarahan atau kekecewaan yang begitu besar akibat pertengkaran yang mereka alami. Ini adalah intervensi minimalis yang sangat mudah dilakukan," tandas ketua tim peneliti, Eli Finkel seperti dikutip dari today.com, Kamis (7/2/2013).
Temuan ini diperoleh peneliti setelah meminta 120 pasangan yang bersedia menjadi sukarelawan untuk menghadiri workshop serta mengisi kuesioner secara rutin. Kuesioner tersebut menanyakan tentang rasa cinta, keintiman dan kepercayaan yang dimiliki pasangan, termasuk gambaran sejumlah pertengkaran yang mereka alami belakangan ini.
Seluruh partisipan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science ini tercatat ada yang baru menikah selama beberapa bulan dan ada juga yang telah menikah selama 52 tahun, namun rata-rata partisipan telah terikat selama 10 tahun.
Hasilnya, diketahui bahwa dalam kurun setahun, hampir setiap partisipan memperlihatkan penurunan kebahagiaan. Kemudian memasuki tahun kedua, separuh pasangan dipilih secara acak untuk menjawab tiga pertanyaan tambahan yang dikirim secara online.
Finkel memperkirakan tugas ini dapat dijawab dalam waktu tujuh menit dan pasangan yang diberi tugas menjawab pertanyaan ini diminta melakukannya setiap empat bulan sekali atau tiga kali dalam setahun.
Ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Ingatkah Anda pada pertengkaran terakhir yang Anda miliki bersama pasangan? Setelah itu coba lihat hal ini dari perspektif pihak ketiga yang netral dan menginginkan yang terbaik bagi Anda berdua. Menurut Anda, apa yang akan dipikirkan orang ini terhadap ketidaksepakatan Anda berdua? Bagaimana pihak ketiga ini bisa menemukan solusi dari masalah yang Anda hadapi bersama pasangan?
2. Sejumlah orang menganggap bahwa perspektif orang ketiga dianggap bermanfaat saat berinteraksi dengan pasangan. Meski begitu, hampir semua pasangan merasa menemukan tantangan ketika setiap kali mencoba mengambil perspektif orang ketiga ini. Lalu dalam hubungan Anda dengan pasangan, hambatan apa yang dihadapi ketika mencoba mengambil perspektif orang ketiga ini, terutama saat mengalami cekcok dengan pasangan?
3. Namun meski dihadapkan pada sejumlah hambatan, nyatanya ada juga pasangan yang sukses melakukannya. Untuk itu dalam empat bulan ke depan, cobalah untuk memanfaatkan perspektif orang ketiga ini ketika berinteraksi dengan pasangan, terutama saat cekcok. Lalu perhatikan apakah dalam empat bulan ke depan, Anda dan pasangan berhasil memanfaatkan perspektif orang ketiga ini? Bagaimana perspektif ini dapat membantu Anda mengatasi berbagai pertengkaran dalam hubungan Anda?
Hasilnya, secara keseluruhan di akhir tahun kedua, separuh pasangan dilaporkan merasakan ketidakpuasan yang lebih besar terhadap hubungan pernikahannya daripada sebelum-sebelumnya. "Tapi pasangan yang diminta menjawab tiga pertanyaan tambahan tidak menunjukkan penurunan kepuasan yang sama," tandas Finkel.
Namun Finkel mengungkap pasangan yang menjawab ketiga pertanyaan tambahan juga terlihat tidak lebih bahagia dari sebelumnya. Dengan kata lain, kendati intervensi ini dapat mempertahankan kualitas pernikahan tapi kualitasnya sendiri tak mengalami peningkatan.
"Kepuasan terhadap hubungan pernikahan memang cenderung menurun dari waktu ke waktu dan jika kita tak melakukan apa-apa, hal itu akan terus terjadi dalam pernikahan. Tapi jika Anda berkenan meluangkan waktu tujuh menit saja setiap empat bulan sekali, mungkin munculnya ketidakpuasan itu dapat dicegah," tutupnya.
Labels:
Tips Trik
Thanks for reading Bikin Esai 7 Menit Tiap Bulan Adalah Tips Langgeng dengan Pasangan. Please share...!
0 Comment for "Bikin Esai 7 Menit Tiap Bulan Adalah Tips Langgeng dengan Pasangan"