Sebuah riset menunjukkan wanita yang lebih sukses berkarir dan menjadi pencari nafkah utama keluarga berisiko menyebabkan pernikahan retak. Riset tersebut dilakukan oleh sosiolog dari Western Washington University, Jay Teachman dan dipublikasikan di Journal of Family Issues pada 2010.
Dalam risetnya, Teachman meneliti 2.500 wanita yang menikah di antara 1979 hingga 2002. Sebelum menikah, semua responden wanita tersebut berharap para pria lah yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.
Setelah diteliti hasilnya terungkap, wanita yang lebih sukses berkarir dan menjadi pencari nafkah utama keluarga berisiko cerai 40 persen lebih besar dibandingkan wanita pada umumnya.
Risiko cerai ini ditemukan jika si wanita menanggung 60 persen penghasilan keluarga. Risiko ini berlaku untuk semua kalangan, tidak terpengaruh apakah pasangan tersebut kaya atau miskin.
"Saat menikah, ada harapan-harapan yang dibangun. Jadi ketika seseorang mendapatkan hal baru dalam sebuah hubungan, dia jadi berpikir, ini bukan yang aku harapkan," jelas Teachman seperti dikutip NY Post.
"Ada ego yang terluka juga di sini. Si pria berharap dia bisa menghasilkan uang lebih banyak dan si istri berharap dia tidak melakukan itu," tambahnya. Menurut Teachman lagi, ketika semua hal tersebut tidak terjadi, pernikahan pun retak.
Sosiolog lainnya Steven Nock punya pendapat yang menguatkan penjelasan Teachman. Steven yang merupakan profesor sosiologi dari Universitas Virginia mengatakan istri yang berpendapatan lebih tinggi dari suaminya, dihadapakan pada pilihan harus berjuang untuk menyeimbangkan tugasnya sebagai orangtua sekaligus dengan pekerjaannya.
Dari penelitian Nock, ia menemukan fakta bahwa para istri merasa kehidupan pernikahannya berkualitas saat suami lah yang menjadi pencari nafkah utama. Wanita tersebut akan merasakan ketidakpuasaan saat dia kurang memiliki waktu untuk anaknya.
"Kebanyakan pasangan masih memberikan para istri tanggungjawab lebih dalam keluarga mulai dari mengurus rumah dan anak. Jadi sulit untuk wanita bekerja menyeimbangkan hidup mereka sebagai seorang ibu," urai Nock, seperti dikutip dari CNN.
Selain masalah di atas, hal lainnya yang juga kerap membuat pasangan dengan istri bergaji lebih besar dari suami bertengkar adalah, berusaha menerima kenyataan. Hal tersebut diungkapkan oleh profesor sosiologi dari State University of New York Institute of Technology, Veronica Tichenor.
"Mereka harus berusaha melawan kenyataan kalau kini sang wanitalah yang berpendapatan lebih. Terkadang, kedua belah pihak-suami dan istri-belum bisa menerima kenyataan itu. Baik si suami maupun istri merasa seharusnya suami yang bergaji lebih besar. Sulit untuk melepaskan ekspektasi itu," tutur Veronica yang merupakan penulis 'Earning More and Getting Less: Why Successful Wives Can't Buy Equality'.
Labels:
Tips Trik
Thanks for reading Apakah Benar Istri lebih Sukses dalam Karir bikin Pernikahan Retak?. Please share...!
0 Comment for "Apakah Benar Istri lebih Sukses dalam Karir bikin Pernikahan Retak?"