Menurut terapis pernikahan Julia Flood, perceraian bisa dipilih jika memang Anda sudah berada dalam suatu hubungan yang tidak sehat dan membuat masing-masing pihak termasuk anak tersakiti. Ketika pada akhirnya jalan cerai harus dipilih, Flood menyarankan sebaiknya lihat dulu dampak keputusan itu dari berbagai sisi. Terapis yang sudah 18 tahun menikah itu menyarankan untuk mempertimbangkan empat pertanyaan ini sebelum memilih cerai:
1. Kerugian apa yang akan Anda rasakan?
Perceraian berarti Anda akan mengalami perubahan besar dalam hidup. Perubahan ini bisa jadi cukup penting seperti masalah pendapatan, asuransi, rumah dan lainnya. Apakah Anda bisa menanggung semuanya sendiri? Apakah Anda sudah siap berkorban? Apakah Anda akan kehilangan teman?
Bagi beberapa orang, hal-hal di atas mungkin tidak menjadi faktor penentu. Tapi sebaiknya cobalah Anda pikirkan baik-baik tanpa terburu-buru semua konsekuensi yang akan terjadi ketika memutuskan cerai. Meskipun semua hal itu bukan hal yang Anda paling pikirkan, setidaknya Anda perlu membuat rencana untuk menggantikan hal-hal yang sebelumnya didukung suami.
2. Apakah Anda akan lebih bahagia?
Menjalani pernikahan yang menyakitkan pastinya membuat Anda tidak bahagia. Tapi yang harus Anda ingat, perceraian juga bisa sangat membuat stres. Jadi kemungkinan besar, cerai bukanlah jalan yang tepat untuk membuat perasaan Anda menjadi lebih baik. Flood mengatakan, dari pengamatannya sebagai terapis, banyak wanita bercerai yang merasa terkejut karena ternyata perasaan tidak bahagia mereka masih ada meskipun sudah berpisah dari pasangan.
Jadi cobalah jujur pada diri sendiri. Perasaan dan pikiran seperti apa yang Anda bayangkan ketika bercerai? Apakah Anda akan mengalami kondisi emosional yang sulit atau perubahaan mood? Apakah problem itu akan hilang setidaknya separuhnya dan akan langsung menghapus perasaan tidak bahagia Anda?
3. Bagaimana perceraian berdampak pada anak-anak?
Ini pertanyaan yang sangat penting untuk dipikirkan. Pernikahan yang penuh konflik memang sering dianggap bisa berdampak lebih buruk untuk anak. Tapi perceraian juga dapat berdampak serupa apalagi jika ada masalah ketidaksepakatan dalam hal hak asuh anak.
Berdasarkan pengalaman Flood sebagai terapis, yang paling membahayakan untuk anak ketika mereka berada dalam situasi tinggi konflik. Jadi entah itu bercerai atau menikah, pasangan harus memperhatikan bagaimana mereka berkomunikasi. Jangan sampai anak melihat atau berada dalam kondisi sering melihat orangtuanya bertengkar sengit.
4. Sudahkah Anda melakukan apa yang Anda bisa?
Keinginan kuat untuk bercerai biasanya muncul karena seseorang tidak mau menerima bagaimana kondisi sekarang yang sebenarnya. Memang tidak ada yang salah dengan pemikiran itu. Ketidakbahagiaan Anda bisa jadi indikator penting memang ada sesuatu yang salah dan harus diubah. Tapi apakah Anda sudah mencoba untuk mengatakan apa yang harus diubah dan tidak bisa diterima itu dengan baik kepada pasangan sehingga dia mau mendengarnya?
Dalam banyak kasus perceraian yang ditangani Flood, pasangan selalu punya banyak waktu untuk mengajukan gugatan cerai tapi tidak selalu ada waktu untuk menyelamatkan pernikahan. Jadi pastikan Anda sudah mencoba segala cara yang memungkinkan untuk menyelamatkan pernikahan, sebelum mengakhirinya. Isu yang harus diperbaiki bukan apakah pasangan mau setia, tapi apakah pasangan mau terus berusaha keras untuk mencoba dan melihat apa yang bisa diselamatkan dari pernikahan itu.
Saat Anda sudah berusaha keras untuk mengubah diri, Anda akan merasa lebih baik untuk mengatakan kalau pernikahan Anda sudah tidak ada harapan karena ternyata pasangan tak mau melakukan usaha serupa. Ketimbang merasa bersalah di kemudian hari, coba dulu berbagai cara terbaik untuk menyelamatkan pernikahan tersebut.
Memang tidak ada yang bilang perceraian itu mudah dan tidak semua pernikahan bisa bertahan selamanya. Kondisi setiap orang pun berbeda-beda dan hanya Anda lah yang tahu situasinya.
Labels:
Tips Trik
Thanks for reading Pertimbangan Sebelum Memutuskan Bercerai. Please share...!
0 Comment for "Pertimbangan Sebelum Memutuskan Bercerai"