Terapis pernikahan yang juga pendiri situs BetheSmartWife, Carin Goldstein menjelaskan, ketakutan para suami biasanya bersumber dari penolakan dan kekhawatiran. Berikut ini enam hal yang paling sering suami takutkan mengenai pernikahan seperti dikutip dari Womans Day:
1. Tidak Dianggap Penting
Anak-anak, pekerjaan dan urusan rumah tangga, semua itu bisa menyita perhatian para istri sehingga terkadang suami merasa dia bukan lagi prioritas untuk Anda. "Seiring berkembangnya pernikahan, pria kadang merasa mereka hanya dianggap penting dalam urusan bayar-membayar," ujar psikoterapis yang juga penulis 'The Pathway to Love', Julie Orlov. Oleh karena itu untuk membuat suami tetap merasa dirinya memang tetap Anda nomorsatukan, laungkan waktu sejenak setidaknya 30 menit untuk mengobrol. Orlov menyarankan, dalam obrolan itu coba bahas hal-hal di luar urusan anak, uang atau mertua.
2. Anda Berubah Menjadi Ibunya
Suami tentunya sangat senang jika Anda memiliki kemampuan mengurus anak dan rumah tangga dengan baik, persis seperti ibunya. Tapi dalam hidupnya, tentunya dia tidak butuh dua ibu. Inilah yang sering menjadi kekhawatiran para suami, menurut penulis 'Marriage Magic! Find It, Keep It and Make It Last', Karen Sherman, PhD. Agar suami tidak merasa seperti hidup bersama ibunya, katakan saja pada suami, minta dia ingatkan Anda jika memang Anda mulai bersikap seperti ibunya atau ibu Anda sendiri.
3. Membicarakan Kejelekannya dengan Orang Lain
Cukup banyak wanita yang senang curhat dengan sahabat wanitanya ketika memiliki masalah rumah tangga. Tak jarang saat mengobrol itu, wanita pun menceritakan keburukan suaminya. Memang setelah curhat, Anda akan merasa lebih baik. Tapi kalau setiap Anda bertengkar dengan pasangan kemudian bercerita pada teman, ini artinya Anda sedang mencari dukungan. "Ini menjadi masalah karena membuat suami menjadi si bad guy," ujar Orlov. Disarankannya, ketika bertengkar atau ada masalah sebaiknya bicarakan masalah Anda pada suami, bukan orang lain. Dengan melakukan ini pasangan bisa belajar untuk saling mendukung dan memperkuat ikatan.
4. Berhenti Bercinta
Setelah menikah bertahun-tahun, ML bisa jadi hal yang tidak lagi Anda tunggu-tunggu seperti ketika masih menjadi pasangan pengantin baru. Belum lagi ditambah semakin banyaknya hal yang harus diurus, seperti anak dan urusan rumah tangga. Apakah memang ini bisa membuat pasangan berhenti bercinta? Tentu saja tidak. Jika memang pasangan berkomitmen untuk saling membahagiakan, ML seharusnya menjadi 'hadiah' karena Anda dan suami sudah sama-sama berusaha mewujudkan kebahagiaan itu. Bagaimana jika Anda lelah? Dr. Sherman menganjurkan mintalah bantuan suami untuk mengerjakan tugas rumah tangga atau mengurus anak. Ketika dia melakukannya, beri dia ucapan terimakasih dengan mencium atau memeluknya. "Atau dengan langsung mengatakan, jika kamu membantuku, kita bisa lebih sering bercinta," ujar Dr. Sherman.
5. Tidak Punya Persamaan Lagi
Menurut Orlov ada sebuah ungkapan lama yaitu: "Wanita menikahi pria dengan harapan dia berubah, sementara pria menikahi wanita dengan harapan tidak akan ada yang berubah." Sekarang, coba Anda tanyakan pada diri Anda sendiri, kira-kira apa yang berubah dari Anda setelah menikah. Misalnya jika dulu Anda suka berolahraga, kenapa sekarang tidak lagi? Apakah memang kewajiban Anda yang membuat Anda berhenti melakukannya?
6. Anda Berusaha Mengubahnya
Meskipun sudah menikah, pria tidak ingin Anda mengubah siapa dirinya sekarang. "Apa yang Anda lihat, itulah yang Anda dapat," begitu kata-kata yang sering dikatakan Dr. Sherman pada kliennya. Kalimat itu sering dikatakan Dr. Sherman pada kliennya, khususnya para wanita karena banyak wanita merasa mereka bisa mengubah pasangannya, sementara pria akan semakin menolak untuk melakukannya. Padahal memang ada hal-hal yang ingin diubah seperti kebiasaan merokok, pemarah, terlalu bergantung pada ibunya, dan lain-lain. Jika memang Anda ingin mengubah kebiasaan buruk suami lakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Kalau Anda menuntunya mengubah apa yang Anda tidak sukai, itu bisa semakin membuatnya menjauh," jelas Dr. Sherman.
1. Tidak Dianggap Penting
Anak-anak, pekerjaan dan urusan rumah tangga, semua itu bisa menyita perhatian para istri sehingga terkadang suami merasa dia bukan lagi prioritas untuk Anda. "Seiring berkembangnya pernikahan, pria kadang merasa mereka hanya dianggap penting dalam urusan bayar-membayar," ujar psikoterapis yang juga penulis 'The Pathway to Love', Julie Orlov. Oleh karena itu untuk membuat suami tetap merasa dirinya memang tetap Anda nomorsatukan, laungkan waktu sejenak setidaknya 30 menit untuk mengobrol. Orlov menyarankan, dalam obrolan itu coba bahas hal-hal di luar urusan anak, uang atau mertua.
2. Anda Berubah Menjadi Ibunya
Suami tentunya sangat senang jika Anda memiliki kemampuan mengurus anak dan rumah tangga dengan baik, persis seperti ibunya. Tapi dalam hidupnya, tentunya dia tidak butuh dua ibu. Inilah yang sering menjadi kekhawatiran para suami, menurut penulis 'Marriage Magic! Find It, Keep It and Make It Last', Karen Sherman, PhD. Agar suami tidak merasa seperti hidup bersama ibunya, katakan saja pada suami, minta dia ingatkan Anda jika memang Anda mulai bersikap seperti ibunya atau ibu Anda sendiri.
3. Membicarakan Kejelekannya dengan Orang Lain
Cukup banyak wanita yang senang curhat dengan sahabat wanitanya ketika memiliki masalah rumah tangga. Tak jarang saat mengobrol itu, wanita pun menceritakan keburukan suaminya. Memang setelah curhat, Anda akan merasa lebih baik. Tapi kalau setiap Anda bertengkar dengan pasangan kemudian bercerita pada teman, ini artinya Anda sedang mencari dukungan. "Ini menjadi masalah karena membuat suami menjadi si bad guy," ujar Orlov. Disarankannya, ketika bertengkar atau ada masalah sebaiknya bicarakan masalah Anda pada suami, bukan orang lain. Dengan melakukan ini pasangan bisa belajar untuk saling mendukung dan memperkuat ikatan.
4. Berhenti Bercinta
Setelah menikah bertahun-tahun, ML bisa jadi hal yang tidak lagi Anda tunggu-tunggu seperti ketika masih menjadi pasangan pengantin baru. Belum lagi ditambah semakin banyaknya hal yang harus diurus, seperti anak dan urusan rumah tangga. Apakah memang ini bisa membuat pasangan berhenti bercinta? Tentu saja tidak. Jika memang pasangan berkomitmen untuk saling membahagiakan, ML seharusnya menjadi 'hadiah' karena Anda dan suami sudah sama-sama berusaha mewujudkan kebahagiaan itu. Bagaimana jika Anda lelah? Dr. Sherman menganjurkan mintalah bantuan suami untuk mengerjakan tugas rumah tangga atau mengurus anak. Ketika dia melakukannya, beri dia ucapan terimakasih dengan mencium atau memeluknya. "Atau dengan langsung mengatakan, jika kamu membantuku, kita bisa lebih sering bercinta," ujar Dr. Sherman.
5. Tidak Punya Persamaan Lagi
Menurut Orlov ada sebuah ungkapan lama yaitu: "Wanita menikahi pria dengan harapan dia berubah, sementara pria menikahi wanita dengan harapan tidak akan ada yang berubah." Sekarang, coba Anda tanyakan pada diri Anda sendiri, kira-kira apa yang berubah dari Anda setelah menikah. Misalnya jika dulu Anda suka berolahraga, kenapa sekarang tidak lagi? Apakah memang kewajiban Anda yang membuat Anda berhenti melakukannya?
6. Anda Berusaha Mengubahnya
Meskipun sudah menikah, pria tidak ingin Anda mengubah siapa dirinya sekarang. "Apa yang Anda lihat, itulah yang Anda dapat," begitu kata-kata yang sering dikatakan Dr. Sherman pada kliennya. Kalimat itu sering dikatakan Dr. Sherman pada kliennya, khususnya para wanita karena banyak wanita merasa mereka bisa mengubah pasangannya, sementara pria akan semakin menolak untuk melakukannya. Padahal memang ada hal-hal yang ingin diubah seperti kebiasaan merokok, pemarah, terlalu bergantung pada ibunya, dan lain-lain. Jika memang Anda ingin mengubah kebiasaan buruk suami lakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Kalau Anda menuntunya mengubah apa yang Anda tidak sukai, itu bisa semakin membuatnya menjauh," jelas Dr. Sherman.
0 Comment for "Yang Ditakuti Pria Setelah Menikah Dengan Anda"