Pernikahan adalah momen spesial yang mungkin hanya terjadi satu kali dalam hidup. Untuk itu, banyak pasangan dan juga pihak orangtua yang menginginkan pesta pernikahan indah dan meriah meski untuk membiayai proses upacara dan resepsinya mereka harus berutang.
Hafiz (bukan nama sebenarnya) sudah mencicil selama tiga tahun untuk membayar utangnya yang sebesar 204 juta rupiah untuk membiayai resepsi pernikahannya. Setiap bulan pria yang bekerja di perusahaan teknisi di Malaysia ini menyisihkan gajinya yang sekitar 10 juta rupiah untuk mencicil utangnya. Sesekali orangtuanya ikut membantu mencicil.
Selama mencicil utang, Hafiz (36) mengaku kondisi keuangan keluarganya terganggu. Beruntung sang istri masih bekerja sehingga mereka masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga yang tak sedikit itu.
"Saya memang sengaja menggelar resepsi pernikahan yang meriah karena ingin membuat istri bahagia. Istri mengatakan, ia menginginkan pesta yang indah dan besar dibandingkan orang-orang. Dan saya menyetujuinya," katanya.
Apa yang dialami Hafiz mungkin juga dialami banyak pasangan lain. Menurut Taufik Gumulya, perencana keuangan, seharusnya pasangan yang akan menikah bersikap realistis. "Ini berarti jangan membuat pengeluaran lebih besar dari kemampuan," katanya.
Pernikahan seharusnya menjadi lembaran baru dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam sisi finansial yang seharusnya bersih dari utang. "Sebenarnya yang lebih penting adalah setelah menikah. Karena itu, jangan membuat lembaran baru itu kotor oleh utang," tegasnya.
Taufik menyarankan agar pasangan yang masih memiliki utang kartu kredit sebelum menikah sebisa mungkin melunasinya terlebih dahulu. "Dari mana uangnya, bisa disisihkan dari amplop sumbangan saat menikah. Kalau utangnya sangat besar, pilih prioritas utang terbesar dengan bunga terbesar," saran CEO dari lembaga perencana keuangan Taufik Gumulya RM ini.
Sementara itu, untuk pendanaan biaya pesta pernikahan, ia menyarankan bagi setiap orang yang akan menikah untuk menyiapkannya. "Meski belum punya pacar, tetaplah menyiapkan dananya. Tentu dari sekarang kita sudah punya target akan menikah di usia berapa dan berapa tahun lagi," paparnya.
Dana pernikahan bisa disisihkan dari penghasilan setiap bulan. "Untuk dananya tidak perlu ideal. Misalnya, ingin pesta yang biayanya sampai 500 juta, tapi setelah dihitung dari gaji hanya mampu mengumpulkan 200 juta, ya sudah jangan memaksa," katanya.
Meski begitu, Taufik tidak menyarankan untuk menyimpan dana pernikahan di tabungan atau deposito karena tidak akan bisa mengejar kenaikan biaya. "Lebih baik investasikan dalam bentuk reksadana atau logam mulia," ujarnya.
Untuk mereka yang belum sempat menyiapkan dana pernikahan, disarankan untuk membicarakan dengan pihak orangtua atau keluarga besar mengenai dananya. Tanyakan pula kontribusi calon suami atau calon istri terhadap dana tersebut. Dengan demikian, bisa disesuaikan antara acara pesta dengan dana yang tersedia.
"Syukur-syukur ternyata orangtua mau menanggung dana pernikahan 100 persen, maka uang yang sudah disisihkan bisa untuk membangun kekuatan finansial keluarga ke depan karena yang penting adalah setelah menikah," katanya.
Hafiz (bukan nama sebenarnya) sudah mencicil selama tiga tahun untuk membayar utangnya yang sebesar 204 juta rupiah untuk membiayai resepsi pernikahannya. Setiap bulan pria yang bekerja di perusahaan teknisi di Malaysia ini menyisihkan gajinya yang sekitar 10 juta rupiah untuk mencicil utangnya. Sesekali orangtuanya ikut membantu mencicil.
Selama mencicil utang, Hafiz (36) mengaku kondisi keuangan keluarganya terganggu. Beruntung sang istri masih bekerja sehingga mereka masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga yang tak sedikit itu.
"Saya memang sengaja menggelar resepsi pernikahan yang meriah karena ingin membuat istri bahagia. Istri mengatakan, ia menginginkan pesta yang indah dan besar dibandingkan orang-orang. Dan saya menyetujuinya," katanya.
Apa yang dialami Hafiz mungkin juga dialami banyak pasangan lain. Menurut Taufik Gumulya, perencana keuangan, seharusnya pasangan yang akan menikah bersikap realistis. "Ini berarti jangan membuat pengeluaran lebih besar dari kemampuan," katanya.
Pernikahan seharusnya menjadi lembaran baru dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam sisi finansial yang seharusnya bersih dari utang. "Sebenarnya yang lebih penting adalah setelah menikah. Karena itu, jangan membuat lembaran baru itu kotor oleh utang," tegasnya.
Taufik menyarankan agar pasangan yang masih memiliki utang kartu kredit sebelum menikah sebisa mungkin melunasinya terlebih dahulu. "Dari mana uangnya, bisa disisihkan dari amplop sumbangan saat menikah. Kalau utangnya sangat besar, pilih prioritas utang terbesar dengan bunga terbesar," saran CEO dari lembaga perencana keuangan Taufik Gumulya RM ini.
Sementara itu, untuk pendanaan biaya pesta pernikahan, ia menyarankan bagi setiap orang yang akan menikah untuk menyiapkannya. "Meski belum punya pacar, tetaplah menyiapkan dananya. Tentu dari sekarang kita sudah punya target akan menikah di usia berapa dan berapa tahun lagi," paparnya.
Dana pernikahan bisa disisihkan dari penghasilan setiap bulan. "Untuk dananya tidak perlu ideal. Misalnya, ingin pesta yang biayanya sampai 500 juta, tapi setelah dihitung dari gaji hanya mampu mengumpulkan 200 juta, ya sudah jangan memaksa," katanya.
Meski begitu, Taufik tidak menyarankan untuk menyimpan dana pernikahan di tabungan atau deposito karena tidak akan bisa mengejar kenaikan biaya. "Lebih baik investasikan dalam bentuk reksadana atau logam mulia," ujarnya.
Untuk mereka yang belum sempat menyiapkan dana pernikahan, disarankan untuk membicarakan dengan pihak orangtua atau keluarga besar mengenai dananya. Tanyakan pula kontribusi calon suami atau calon istri terhadap dana tersebut. Dengan demikian, bisa disesuaikan antara acara pesta dengan dana yang tersedia.
"Syukur-syukur ternyata orangtua mau menanggung dana pernikahan 100 persen, maka uang yang sudah disisihkan bisa untuk membangun kekuatan finansial keluarga ke depan karena yang penting adalah setelah menikah," katanya.
0 Comment for "Cicilan Utang Pesta Setelah Pernikahan"