Mitos Pernikahan, Jangan Mudah Teperdaya

Pasangan menikah bisa saja terjebak beberapa mitos pernikahan jika salah mengartikan maksudnya. Kenali beberapa mitos pernikahan ini agar hubungan Anda dengan pasangan semakin harmonis.


Menikah membuat kita lebih bahagia
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, mitos pernikahan ini bisa saja betul kalau sumber kebahagiaan ada di dalam diri Anda dan Anda bersedia berkorban untuk kebahagiaan bersama. Hal itu bisa terukur dari bagaimana cara Anda memaknai hidup, merespons situasi. Namun, mitos ini bisa juga salah kalau Anda hanya mengandalkan pasangan untuk mendapatkan kebahagiaan.

Setelah menikah Anda tidak akan lebih bahagia jika cara berpikirnya adalah hanya dengan menikah, pasangan bisa membahagiakan Anda. Sebaliknya, Anda bisa saja bahagia setelah menikah karena dengan menikahi pasangan Anda bisa merasa lebih bahagia.

Kalau dia cinta, dia pasti tahu apa yang aku mau
Mitos ini tak asing lagi bukan? Sebagian dari Anda mungkin berharap pasangan akan selalu memahami Anda sebagai bukti cintanya yang teramat besar.

"Mitos ini bisa betul kalau kita menikahi peramal atau penyihir," kata psikolog yang akrab disapa Nina, dalam kelas parenting sesi Psikologi Pernikahan, bersama New Parent Academy (NPA), di Jakarta Design Center, Jakarta, Minggu (16/3/2014).

Nina kemudian menjelaskan, mitos ini salah karena masing-masing individu dalam pernikahan terus berkembang atau berubah. Karenanya, komunikasi menjadi penting sebagai cara mengungkapkan pikiran dan perasaan suami atau istri.

"Pasangan menikah perlu terus mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dengan cara tepat," tuturnya.

Setelah menikah, dia pasti akan berubah
Mitos ini bisa benar bisa salah. Nina mengatakan, setiap individu berubah dan berkembang. Pasangan menikah akan berubah menjadi lebih baik ketika dia menyadari perannya dalam keluarga. Baik sebagai suami, istri, ayah, ibu, atau menantu.

Nina mengatakan, mitos ini salah apabila suami atau istri bukan individu yang memiliki kematangan emosi. Setelah menikah, orang yang emosinya tidak matang justru semakin menunjukkan sifat buruknya.

"Sifat buruk semakin nyata. Contohnya, merokok. Orang yang enggak menyadari efek merokok, cenderung akan tetap merokok bahkan menjadi perokok berat. Kalau individu matang, ia akan menyadari perannya sebagai suami misalnya, ia akan cenderung berubah," tutur Nina.

Komunikasi yang baik sama dengan keterbukaan seratus persen
Menurut Nina, pasangan menikah yang memiliki komunikasi baik belum tentu terbuka seratus persen. Ada hal yang memang harus diceritakan kepada pasangan. Namun, ada informasi yang perlu disimpan karena jika disampaikan, apalagi dengan cara yang kurang tepat, bisa memperburuk relasi dalam pernikahan.

"Ceritakan hal penting yang perlu diketahui pasangan Anda, perhatikan juga cara penyampaiannya. Ada waktunya juga menyimpan informasi. Misalnya kejengkelan terhadap keluarga pasangan. Jengkel boleh saja tapi enggak setiap kali jengkel cerita ke pasangan. Jangan ceritakan semuanya apalagi pasangan termasuk tipe yang sensitif," katanya.

Nina mengatakan, suami dan istri perlu memikirkan apa yang boleh disampaikan dan cara penyampaiannya.

Kalau tak cocok lagi, cerai saja
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga bisa saja berujung perceraian. Namun, sebelum memutuskan cerai, saran Nina, pertimbangkan beberapa hal.

Pertama, apa pun yang terjadi pada Anda dan pasangan berpengaruh pada anak seumur hidupnya.

"Bagi Anda, pernikahan adalah momen. Bagi anak, pernikahan orangtuanya adalah seluruh hidupnya," kata Nina.

Kedua, pahami bahwa 3-5 tahun pertama pernikahan adalah waktunya membangun pondasi perkawinan. Inilah waktunya Anda dan pasangan belajar menjadi suami dan istri. Pada masa ini sangat mungkin terjadi pertengkaran besar.

"Pernikahan naik turun, seperti rollercoaster, ya memang seperti itulah pernikahan," ujarnya.

Ketiga, perceraian seringkali bukan akhir ketidakbahagiaan tapi awal ketidakbahagiaan baru. Jadi, betapa pun pertengkaran besar dalam pernikahan membuat Anda tidak bahagia, pertimbangkan bahwa perceraian bukan jalan akhir mendapatkan kembali kebahagiaan diri Anda.

Perkawinan baik-baik saja, ia pasti bahagia
"Belum tentu," kata Nina. Jadi, jangan terpedaya mitos yang satu ini. Pasangan menikah yang mengalami ketidakpuasan bisa saja belum mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya. Karenanya, bisa saja mereka terlihat baik-baik dan terkesan bahagia.

"Kalau tidak pernah bertengkar, jangan-jangan pernikahan dalam kondisi stagnan, pernikahan dalam proses menurun. Hal ini tidak bisa dibiarkan, harus diusahakan terus naik," ujarnya.
Labels: Tips Trik

Thanks for reading Mitos Pernikahan, Jangan Mudah Teperdaya . Please share...!

0 Comment for "Mitos Pernikahan, Jangan Mudah Teperdaya "

Back To Top